Kaisar Han Wen-di yang memerintah dari 180-157 SM, merupakan
kaisar yang tersohor sepanjang sejarah karena sikap baktinya, kisahnya yang
terlebih dulu mencicipi air rebusan obat buat ibundanya, tersebar luas hingga
sekarang. Ibunda Kaisar Wen bernama Bo Ji, meskipun bukanlah seorang ratu,
namun karakternya sangat baik, memperoleh pujian dari para pejabat tinggi
istana.
Pada permulaan masa Dinasti Han, pengawal penjaga
wilayah perbatasan mengadakan pemberontakan. Pendiri Dinasti Han, Kaisar Liu
Bang, mengerahkan pasukan untuk meredakan pemberontakan, oleh karena posisi
pengawal penjaga wilayah perbatasan memegang peranan yang sangat penting, maka
itu untuk menggantikan posisi ini haruslah memilih orang yang dapat dipercaya
dan berbakat, barulah dapat melindungi keselamatan negara.
Dibawah rekomendasi para pejabat negara, Liu Heng (dikemudian
hari menjadi kaisar dengan gelar Han Wen-di) yang bijak dan berbakti, terpilih
menjadi wakil kaisar di wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan yang liar, jauh
dari ibukota, kualitas hidup yang rendah menyebabkan orang-orang sulit
beradaptasi di sana. Namun Liu Heng memang merupakan insan yang bijak, dari
ajaran ibundanya, juga mematuhi nasehat leluhurnya, sehingga daerah pinggiran
ditatanya menjadi rapi, akhirnya wilayah perbatasan menjadi tenteram kembali.
Tidak lama kemudian,
sanak saudara Permaisuri Lǚ melakukan pemberontakan, lalu berhasil ditaklukkan
oleh pejabat setia. Dibawah dukungan perdana menteri, Liu Heng dinobatkan jadi
kaisar dengan gelar Han Wen-di, yang memerintah dengan kebajikan dan sikap
bakti.
Dalam keseharian kaisar
akan memberi teladan dalam bentuk tindakan nyata. Setiap hari dia akan pergi
menghadap ibundanya untuk menanyakan kabar, andaikata tugasnya tidak terlalu
sibuk, maka Kaisar Wen akan meluangkan waktu untuk menemani ibunda. Di dalam
hati Kaisar Wen, senantiasa menganggap berbakti pada ayahbunda merupakan urusan
terbesar sepanjang hidupnya. Asalkan ibundanya merasa tenteram baik lahir dan
batin, maka Kaisar Wen akan merasa sangat berbahagia.
Waktu berlalu dengan
cepat, ibunda mulai menua dan lemah. Kaisar Wen begitu mengkhawatirkan kondisi
ibundanya. Suatu hari, ibunda jatuh sakit, Kaisar Wen segera mengundang tabib
terbaik untuk menyembuhkan penyakit sang ratu, semua tabib mengerahkan
kemampuan terbaik untuk sesegera mungkin menyembuhkan penyakit ratu.
Dalam situasi kritis
ini, Kaisar Wen sangat cemas, beliau takut andaikata ibundanya sakit hingga
tidak bisa bangkit lagi dari tempat tidur, bahkan meninggalkan dirinya buat
selama-lamanya. Dia selalu mengkhawatirkan kondisi ibundanya dan tidak tenang
bila sang bunda hanya dijaga dayang istana. Setiap selesai mengerjakan tugas
kenegaraannya, maka kaisar akan segera pergi merawat ibunda, menjaga disamping
tempat tidur ibunda. Melihat kondisi ibunda yang melemah, Kaisar Wen jadi tak
berselera makan, malam juga tidak bisa tidur nyenyak, kaisar sendiri yang
membawakan air dan obat buat ibunda, segenap hati berharap agar bundanya cepat
pulih. Asalkan ibunda merasa sedikit enak badan, maka Kaisar Wen akan merasa
amat bersukacita.
Selama tiga tahun kaisar
merawat ibunda, sebagai seorang pemimpin negara yang sibuk menangani urusan
kenegaraan, Kaisar Wen tidak pernah tidur dengan nyenyak. Meskipun sedang beristirahat,
Kaisar Wen juga tidak melepaskan jubahnya, khawatir bila sewaktu-waktu ibunda
memanggilnya, dia tidak menginginkan oleh karena kelalaian dirinya sehingga
kepentingan ibunda jadi terabaikan. Agar dapat menjaga ibunda dengan lebih baik
lagi, Kaisar Wen sengaja mempelajari manfaat dari air rebusan obat-obatan,
takarannya dan mengingatnya di dalam hati, kapan obat harus diberikan,
bagaimana cara merebusnya, bagaimana cara mengembangkan keefektifan obat, dia juga
dapat menguasainya dengan tepat.
Setiap kali sebelum
ibunda minum air rebusan obat, maka terlebih dulu Kaisar Wen akan mencicipinya
dulu, mempertimbangkan apakah kekentalannya sudah sesuai atau tidak, apakah
hangatnya sudah sesuai atau tidak, jika tidak sesuai maka kaisar akan berpesan
untuk mengulangi proses perebusan obat hingga sesuai untuk diminum ibunda, barulah
kaisar merasa tenang untuk menyajikannya buat ibunda. Sang bunda dibawah
perawatan putranya selama tiga tahun akhirnya kondisi kesehatannya mengalami
kemajuan.
Bakti Kaisar Wen pada
ibunda, bersamaan itu pula sebagai seorang kaisar, juga telah menganggap
rakyatnya sebagai sanak keluarganya. Bahkan menganugerahkan penghargaan bagi
penduduk yang telah memberikan teladan yang baik, untuk memotivasi terwujudnya
kebiasaan masyarakat yang baik. Dia menghapus hukuman mati akibat fitnahan,
saat panen berkurang kaisar akan mengurangi beban pajak dan sewa, menjadi
pelipur lara bagi yatim piatu di seluruh pelosok negeri.
Bertahta selama 23
tahun, tak peduli itu adalah ruangan istana, taman, atau kereta kuda dan fasilitas
kekaisaran lainnya, Kaisar Wen tidak pernah menambahkannya sama sekali. Beliau
mulia, welas asih, hormat dan berhemat, menunaikan kewajibannya, menjunjung
kehidupan sederhana memberi teladan bagi dunia, dengan sendirinya dihormati dan
dicintai rakyatnya, menjauhi segala kesenangan, sebuah hal yang menakjubkan
bagi terwujudnya perdamaian dunia.
Pepatah berkata pasien
yang sudah terbaring kelamaan takkan ada anak berbakti di sampingnya. Namun
Kaisar Wen dapat merawat ibundanya hingga tiga tahun lamanya, yang merupakan
hal yang sulit diwujudkan oleh setiap insan. Namun bagi seorang kaisar yang
dalam kesehariannya disibukkan oleh urusan negara, malah dapat merawat ibunda
selama tiga tahun, alasannya adalah terletak pada sebutir hati bakti yang
tulus.
Sebaliknya kondisi
masyarakat masa kini, banyak yang sebagai putra putri, setiap harinya hanya
menyibukkan diri demi mengejar ketenaran dan keuntungan, jarang sekali
memikirkan keluarganya terutama mengkhawatirkan ayahbunda sendiri, apalagi
merawat ayahbunda lebih tidak memungkinkan lagi, saat ini juga, marilah kita
menenangkan diri sejenak untuk merenungkan kembali, setiap hari kita menyibukkan
diri, sesungguhnya berapa banyak kegembiraan yang dapat kita bawa untuk
ayahbunda yang telah melahirkan dan membesarkan diri kita? Berapa banyak
perhatian dan kenyamanan yang telah kita berikan pada mereka?
“Berbakti merupakan
landasan dari kebajikan, dimana semua ajaran bersumber dan berdiri pada
landasan ini”. Kehidupan yang tanpa ajaran bakti adalah serupa dengan mencabut
akar memutuskan sumbernya, melewati masa tua yang menyedihkan dan
memprihatinkan. Berbakti pada ayahbunda adalah dasar menjadi manusia seutuhnya,
yang juga merupakan landasan dari “dengan mengenang ayahbunda dan leluhur,
moralitas penduduk akan kembali menjadi tebal”. Kaisar Wen menggunakan sebutir
hati berbaktinya, tindakan baktinya yang mewakili ibundanya mencicipi air
rebusan obat terlebih dulu, telah memberi teladan bagi masyarakat dunia dalam
berbakti dan membalas budi ayahbunda.
漢文嘗藥
漢文帝劉恆是歷史上有名的仁孝皇帝,他侍母嘗藥的故事,在後世廣為流傳。
文帝的母親薄姬,雖不是正宮皇后,但她秉性仁善,深得朝中大臣稱道。
漢朝初期,鎮守代地的相國陳豨起兵造反。高祖劉邦出兵平定叛亂,由於代地位處邊疆,是重要的邊防要塞,必須由可靠又有才乾的人鎮守,纔可保家國的安全。在眾臣的舉薦下,賢孝穩重的劉恆被封為代王,鎮守邊防。蠻荒偏遠的代地,遠離京畿,惡劣的環境使人難以適應。但是,代王劉恆不愧是賢明之人,聽從母親的教誨,恪守力行祖訓,把代地治理得井井有條,使邊疆恢復了安定。
不久,呂后宗親謀反,後被忠臣平定。劉恆遂在丞相、太尉擁立下,登上了帝位。當了一國之君的漢文帝,堅持以仁孝治理天下。平日,他身體力行,每天都向母親問安,如果公務不很繁忙,文帝還要特別抽出時間,陪伴在母親左右。在文帝心中,始終把侍母盡孝當作是自己生命中的大事。只要母親身心安泰,自己也會感到莫大的快樂。
日月如梭,母親開始日漸衰老、孱弱。文帝不免擔懮起母親的身體。一天,母親不幸病倒了,文帝請來最好的醫生給太后診治,宮廷內外也都為儘早醫好太后的病而各盡所能。
此時此刻,文帝焦急萬分,他深恐母親一病不起,甚至會離自己而去。他時刻牽掛著母親,已經放心不下宮女們的照顧。只要完成公務,文帝便會徑直來到母親寢宮,守護在母親床前。看到母親憔悴的面容,文帝食不甘味,夜不能眠,他親自為母親端水送藥,一心想著讓母親儘快好起來。只要母親感覺好了一些,文帝心中就感到無限的喜悅。
在侍奉母親的三年裡,身為一國之君的漢文帝,幾乎沒有睡過一個安穩覺。即使在休息時,文帝也從不寬衣解帶,生怕在母親呼喚時,由於自己一時的怠慢而無法應母親之需。為了更好地照顧母親,文帝還學習所用湯藥的藥效、劑量,而且牢記於心,對什麼時候用藥,如何熬制纔能充分發揮藥效等等,他都能恰當地掌握。母親每次服藥前,文帝必會親自先嘗,品一品熬煮的濃度是否適當,溫度是否合適,然後再囑咐進行調製調溫,直到適宜母親服用之後,纔放心地端給母親。母親在皇子三年如一日的侍奉護理下,終於有了好轉。
文帝對母至孝,身為皇帝,也把百姓當作親人。他倡導:「孝悌,天下之大順也。力田,為生之本也。三老,眾民之師也。廉吏民之表也。」並嘉獎這些世人模範,以帶動良善的社會風氣。他還廣納諫言,廢除因誹謗而處以死刑的懲罰,在收成差的年份減租減稅,惠賜天下孤寡。在位二十三年,不管是宮室、苑囿,還是車騎、服御,文帝從來都沒有增添過。他仁慈恭儉,以敦倫儘分,崇尚簡樸示範天下,自然得到萬民愛敬、海內殷富、遠者悅服、天下大治的盛景。
人們常說,久病床前無孝子。對病人三年無微不至地照顧,對一個人來講,確實是一件不容易做到的事。可是,一位日理萬機的君王,卻能夠真正做到三年如一日地悉心侍奉,追其根源,這都是由於他有一顆真摯的孝敬之心。反觀現代社會,很多為人子女的,終日忙於名利事務,卻很少念及家中還有時刻牽掛自己的父母,更談不上親力親為侍奉雙親了。此時此刻,我們不妨靜下心來,認真地反思一下,終日忙忙碌碌,究竟給養育我們的父母帶來多少歡樂,多少精神的慰籍?
「夫孝,德之本也,教之所由生也」。沒有孝道的人生,是拔根斷源晚景淒涼的人生;沒有孝道的民族,是沒有生命力的民族。孝親是做人的基礎,是民族慎終追遠,民德歸厚的基石。漢文帝以一顆拳拳孝子之心,以侍親嘗藥的孝行,為天下百姓做出了侍母報恩的榜樣。