Cerita Budi Pekerti
Shou-chang Melepaskan Jabatan
Zhu Shou-chang hidup pada masa Dinasti Song,
saat dia berusia tujuh tahun, karena iri hati ibu tiri, sehingga ibu kandungnya
harus diusir keluar rumah, lalu menikah lagi dengan orang lain. Sejak itu Shou-chang
harus berpisah dengan ibu kandungnya.
Sejak kecil Shou-chang telah kehilangan kasih
sayang seorang ibu. Ketika melihat anak-anak lain memiliki bunda yang selalu
berada bersamanya, setiap hari memberi kehangatan padanya, mengasihi dan
menyayanginya. Betapa Shou-chang merindukan ibundanya.
Setiap menjelang musim dingin, semua bunda sibuk
mempersiapkan mantel buat anak-anaknya, namun lain dengan Shou-chang yang tak
berbunda; kala anak-anak lain mendapatkan perlakuan tidak adil, maka dapat
mengeluh dan memanjakan diri dalam pelukan ibunda, namun bagi Shou-chang ini
adalah mustahil; cobalah kita pikirkan sejenak, anak yang tak berbunda betapa
menginginkan dapat serupa dengan anak-anak lainnya, senantiasa berada dalam
pelukan ibunda.
Shou-chang tumbuh dewasa dalam keadaan serupa
ini, dia berusaha keras menyelesaikan sekolahnya, akhirnya berhasil menjadi
pejabat. Meskipun kehidupannya serba berkecukupan, namun di kolong langit ini,
mana ada anak yang tidak merindukan ibundanya? Maka itu dia selalu mengutus
orang untuk mencari tahu keberadaan ibundanya.
Selama 50 tahun ini Shou-chang terus merindukan
ibundanya siang dan malam, kala teringat akan ibunda yang berada di kejauhan,
kerinduan hanya bisa berubah menjadi isak tangis. Betapa dia mengharapkan agar
bisa menjaga ibundanya, agar sang ibu dapat menikmati kehidupan berkecukupan
bersama dirinya! Meskipun dia telah berusaha mencari ke mana-mana, namun juga
tidak mendapat kabar dimana keberadaan ibunda.
Shou-chang menyadari usianya semakin menua,
menyesali tidak dapat berbakti pada ibundanya. Namun dalam lautan manusia, ke
mana harus mencarinya? Dia jadi berpikir andaikata tidak melakukan pencarian
lagi maka selanjutnya kesempatan itu
takkan ada lagi. Maka itu dia memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya, lalu
pergi mencari ibundanya.
Oleh karena saat itu usia Shou-chang juga sudah
lanjut, keluarganya sangat mengkhawatirkan dirinya, sehingga mencoba menasehati
dan menghalanginya, tetapi Shou-chang bersikukuh dan berkata : “Jika tidak
berhasil bertemu dengan ibunda, maka selamanya saya takkan pulang”.
Dia menempuh perjalanan hingga di kejauhan,
wilayah Qin, yang saat kini adalah Provinsi Shaanxi Tiongkok, demi mencari
ibundanya. Hatinya amat teguh, dengan menggenggam sebutir tekad hati, pasti
harus menemukan ibunda agar dapat menikmati sisa hidup bersamanya.
Shou-chang yang berkelana sendirian dan asing
sehingga bertemu dengan banyak kesulitan dan rintangan, namun semua ini
sedikitpun tidak membuatnya mundur dari niatnya semula. Kebalikannya, dia malah
berpikir bahwa perpisahannya dengan ibunda sudah lebih dari 50 tahun lamanya
dan selama ini mereka tidak bisa hidup bersama, maka pikiran ini membuat
semangatnya semakin menggebu-gebu untuk harus menemukan sang bunda. Dia
berjalan sampai mana maka mencari tahu sampai mana, setiap hari terus memanjatkan
doa dan memohon.
Akhirnya, dia sampai di tempat yang disebut
Tongzhou, di sinilah dia berhasil mendapat kabar keberadaan ibundanya. Saat itu
ibundanya sudah berusia lebih dari 70 tahun, masih sehat. Perpisahan yang sudah
50 tahun lebih lamanya itu, ibu dan anak bersua kembali, berpelukan bersama,
berapa banyak suka duka yang telah dipendam selama ini! Kerinduan ibu dan anak
untuk bersatu kembali akhhirnya terwujud. Shou-chang sangat berbahagia,
menjemput ibunya pulang tinggal di rumah, sangat berbakti. Seluruh keluarga
melewati hidup dengan bahagia.
Zhu Shou-chang yang telah terpisah dari
ibundanya selama lebih dari 50 tahun lamanya, dalam jangka waktu yang demikian
panjangnya, namun bakti dan kerinduannya pada sang bunda masih tetap seperti
dulu tak berubah, sungguh ini merupakan ketulusan dan bakti yang mengalir dari
lubuk hati yang paling dalam.
Pepatah mengatakan : “Bakti dapat menggugah
langit dan bumi”, ibunda dari Zhu Shou-chang selama 50 tahun tidak diketahui
keberadaannya, akhirnya dengan mengandalkan kegigihan Zhu Shou-chang yang demi
mencari ibundanya lalu mengundurkan diri dari jabatannya, tanpa menghiraukan
segala rintangan dan kesulitan membulatkan tekad menemukan ibunda, sehingga
akhirnya ibu dan anak dapat bersua kembali, mengerahkan segenap kemampuan untuk
mewujudkan bakti, sungguh mengharukan hati setiap insani.
Jika dibandingkan dengan Zhu Shou-chang, kita
sebagai putra dan putri, betapa beruntungnya masih memiliki kesempatan berbakti
pada ayahbunda! Seharusnya menggenggam erat kesempatan berbakti pada ayahbunda,
mengerahkan segenap kemampuan untuk mewujudkannya, jangan sampai “saat anak
hendak berbakti namun ayahbunda sudah tiada”, hanya menyisakan penderitaan dan
penyesalan di dalam hati.
壽 昌 棄 官
朱壽昌是宋朝時的人,他七歲的時候,他的生母因為被嫡母嫉妒,被趕出家門另嫁他人。從此壽昌就和生母分離了。
壽昌從小就失去了母愛。他看到別的小朋友都有母親在身邊,天天噓寒問暖,疼愛有加。非常的思念自己的母親。每到初冬,別的小朋友的母親早早的為自己的孩子做好了棉衣,可是壽昌的生母卻不在;當別的小朋友心中有了委屈,可以依偎在母親懷裡撒嬌時,可是壽昌卻不能;試想一下,沒有母親,是多麼盼望能像別人一樣,可以經常依偎在母親的懷抱裡。
壽昌就在這樣的環境中長大,他一直努力讀書,後來當了官。雖然生活很富足,可是天下哪有不思念父母的兒子呢?所以他一直明察暗訪,希望能找到自己的母親。
五十年來,壽昌幾乎日以繼夜的思念、惦記著遠方的母親,相思之情常每每言及就涕不成聲。他是多麼希望自己可以親自服侍母親,讓母親重享天倫之樂啊!可是壽昌屢次多方打聽,都沒有辦法得到母親的下落。
後來到了神宗的時候,他感覺自己年紀已經大了,遺憾母親不能奉養在旁,心裡感到非常的遺憾。可是茫茫人海千里迢迢,去哪裡尋找母親?他想再不找到母親,怕是沒有機會了。所以他就斷然辭去官職,要親自外出去尋找他的母親。
因為壽昌此時的年紀也大了,家里人也不放心他,都來勸阻,可是壽昌堅決的對家人說:如果不見到母親,就永遠都不回來。他遠到秦這個地方,也就是現在陝西省尋母。他的心非常的堅定,他抱定必死的決心,一定要尋找到他的母親。與自己共享天年。
壽昌一人在外,人生地不熟,遇到很多險阻,非常艱辛,可是,困難絲毫沒有動搖他尋母的念頭。相反,他想到和母親分別五十多年都不可以團聚,就更加深了尋母的信念。他走到哪裡打聽到哪裡,天天祈禱。
終於,到了同州這個地方,奇跡出現了。就在這裡,他輾轉得知到母親的下落。這個時候母親已經七十幾歲了,依然健在。分別五十多年,母子相聚,相擁在一起,多少悲歡離合啊!母子倆五十多年骨肉團聚的心願終於實現了。壽昌非常的高興,把母親迎回家裡同住,很是孝順。全家過著幸福的生活。
朱壽昌與母親分離長達五十多年,在如此漫長的歲月中,能始終保持對母親的孝思不變,實為赤誠孝心的真情流露。諺云:「孝感天地」,朱壽昌母親五十年下落不明,到最後,靠朱壽昌堅定的尋母誓願和毅然辭官、不畏艱困的找尋,終能骨肉團圓,力盡孝道,是多麼的令人感動。
與朱壽昌相比,我們這些為人子女者,能有服侍孝養父母的機會是何等的幸運!把握住在父母身邊的日子,用心盡孝,莫讓「子欲養而親不待」的痛苦和悔恨啃噬自心。